Dok. SituSolo/Maharani
Masyarakat menunggu jamasan pusaka di Puro Mangkunegaran Surakarta Selasa (13/10) malam. |
SOLO – Sambut 1 Suro, Puro Mangkunegaran Surakarta dan
Keraton Kasunanan Surakarta gelar perayaan kirab di hari yang berbeda. Meski
berbeda, masyarakat tetap antusias menanti prosesi kirab pusaka, Selasa (13/10)
malam di Puro Mangkunegaran Surakarta.
Perbedaan digelarnya perayaan kirab
pusaka tersebut merupakan hal yang biasa. “Biasanya setiap empat tahun sekali, Malam 1 Suro digelar dalam hari yang berbeda. Intinya sih sama sebenarnya, untuk nguri-uri
budaya Jawa. Jadi enggak masalah
kalau perayaannya dilaksanakan di hari berbeda,” jelas Dotri, salah satu
panitia yang bertugas sebagai penerima tamu dalam acara kirab pusaka semalam
saat ditemui SituSolo di nDalem Puro
Mangkunegaran Surakarta.
Puro Mangkunegaran Surakarta
menggelar Malam 1 Suro berdasarkan perhitungan nasional karena sudah menjadi
bagian dari acara budaya masyarakat secara umum. Berbeda dengan Keraton Kasunan
Surakarta yang menggunakan perhitungan sesuai dengan kalender Jawa yang dipakai
sejak Kerajaan Mataram.
Masyarakat mengaku tidak masalah
dengan adanya pergeseran tersebut, justru mereka menyambut perbedaan tersebut
dengan sukacita. “Kecele sih hari
ini dikiranya bakal ada Kirab Kyai Slamet, ternyata besok. Tapi enggak jadi masalah karena biasanya juga
pelaksanaan waktunya berbeda, di sini (Puro Mangkunegaran Surakarta-red) jam 7,
kalau di Keraton Solo jam 12,” ujar Martini, salah seorang pengunjung dari
Boyolali.
Perbedaan ini juga disambut baik
oleh para pedagang karena bisa berjualan dua hari berturut-turut. Seperti yang
diungkapkan oleh Narto, salah seorang penjual wedangan, “Alhamdulillah,
rejekinya double.”
Melihat adanya pergeseran ini bagi
Dotri perlu disikapi dengan bijak tanpa harus mempermasalahkan mana yang benar
dan mana yang salah. “Semuanya serba keyakinan, yang penting budayanya tetap
lestari dan maknanya enggak luntur,”
pungkas Dotri. (Chairunnisa)
0 comments:
Post a Comment