Gerbang Benteng Vredeburg di Yogyakarta |
Meriam, patung prajurit, pagar tinggi dan tembok tebal, munkin biasa kita jumpai di halaman depan saat pertama kali melihat sebuah benteng. Namun di Yogyakarta, ada pemandangan unik yang tidak biasa kita lihat di halaman depan sebuah benteng, yaitu sebuah lokomotif. Sejak bulan Mei 2015 Yogyakarta memiliki ikon sejarah dan wisata baru di halaman depan Benteng Vredeburg. Ikon tersebut bukanlah bangunan, melainkan sebuah lokomotif diesel tua berwarna kuning, hijau dan merah. Lokomotif itu bernama Bima Kunting 3.
Sejarah
Bima Kunting 3
Bima Kunting adalah lokomotif pertama
yang diproduksi oleh Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA) melalui Balai Yasa
Yogyakarta. Terdapat 3 unit Bima Kunting yang mulai dibuat tahun 1960 dan
dioperasikan sampai tahun 1980-an.
Selain Bima Kunting 3, dua lokomotif lainnya adalah Bima Kunting 1 yang
saat ini berada di Taman Lalu Lintas Bandung dan Bima Kunting 2 yang belum
diketahui keberadaannya. Nama Bima Kunting diberikan oleh Sultan Hamengkubowono
IX yang terinspirasi dari tokoh pewayangan Raden Setyaki (Bimo Kunthing), yakni
ksatriya berbadan kecil namun memiliki kekuatan yang besar. Lokomotif Bima
Kunting 3 memang berukuran tidak terlalu besar. Diciptakan tahun 1965, Bima Kunting
3 dapat melaju dengan kecepatan maksimum 45 km/jam. Pembuatan Bima Kunting 3
dilakukan di bawah pimpinan Ir. Mardjono. Bima Kunting 3 difungsikan sebagai
lokomotif langsir di Balai Karya Kereta Api Yogyakarta. Dengan kata lain Bima Kunting 3 digunakan
ntuk memindahkan lokomotif lainnya yang sedang menjalani proses perawatan. Pada
tahun 1980 Bima Kunting 3 terpaksa mengakhiri “tugas” karena ketiadaan suku
cadang. Bima Kunting 3 pun terbengkalai dan tak terawat selama bertahun-tahun
di halaman Balai Yasa. Keberadaanya sempat luput dari perhatian seiring
kondisinya yang semakin memprihatinkan. Besi rangka penyusun tubuhnya rusak dan
berkarat tertutup semak dan tumbuhan merambat.
Proses
Konservasi Bima Kunting
Lokomotif Bima Kunting diantara pengunjung Benteng Vredeburg |
Pada tahun 2007 proses konservasi Bima
Kunting 3 dimulai. Keberadaannya kembali ditelusuri dan berhasil ditemukan.
Bima Kunting 3 kemudian dipindahkan ke bengkel Balai Yasa. Proses konservasi berlanjut di tahun 2011
dengan menelusuri sejumlah data masa lalu Bima Kunting 3. Pada tahun 2014
proses besar-besaran untuk “membangkitkan” Bima Kunting 3 dilakukan. Komponen
luar dan dalam yang telah rusak satu persatu diperbaiki dan diganti. Tubuh lokomotif termasuk rangka bagian atas
dan bawah ditata kembali. Bima Kunting 3 pun dicat ulang dengan warna hijau,
kuning dan merah. Penentuan warna didasarkan pada informasi saksi sejarah di
masa awal Bima Kunting 3 beroperasi.
Menurut Koordinator Bimbingan dan Edukasi Museum Benteng Vredeburg Budi Sayata proses
Konservasi Bima Kunting 3 selesai pada 31 Desember 2014. Pada tanggal 29
Januari 2015 tengah malam Bima Kunting 3 dipindahkan ke halaman Benteng
Vredeburg. Saat itu fasadnya belum bisa disaksikan masyarakat umum karena masih
dibungkus tirai dan menunggu kesiapan ruang pamer terbuka. Kini “Bima Kunting
3” bisa disaksikan dari dekat oleh siapapun. Dinaungi pepohonan rindang dan
diletakkan di seberang Istana Negara Gedung Agung, Bima Kunting 3 menarik
perhatian masyarakat dan wisatawan yang melintasi kawasan Malioboro.
Bima
Kunting 3 tak hanya bersejarah bagi Yogyakarta
Lokomotif legendaris ini juga bermakna
penting bagi bangsa Indonesia. Bima Kunting 3 dan dua saudaranya adalah hasil
rekayasa teknologi yang membanggakan dan menjadi pencapaian berharga dalam ilmu
pengetahuan perkeretaapian Indonesia. Lokomotif ini adalah bukti keterampilan
dan keahlian anak bangsa dalam melakukan perakitan dan pengembangan teknologi
lokomotif pada masa itu. Setelah eranya berlalu Bima Kunting dapat menjadi
acuan dan media pembelajaran bagi rekayasa teknologi perkeretapian. Selain itu
Bima Kunting 3 juga telah memberikan pengaruh yang besar dalam perkembangan
bentuk, gaya dan desain lokomotif kereta api di Indonesia. Atas dasar nilai
penting dan manfaat berharga di atas, pada tahun 2014 Bima Kunting 3 ditetapkan
sebagai Benda Warisan Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta. (GEMILANG P.)
0 comments:
Post a Comment