Kirab Ageng Radya Pustaka Bawa Segenggam Harapan






Museum Radya Pustaka, Solo (Renissa Ardine) sumber: istimewa
 




   Ratusan seniman dan budayawan kota Solo mengadakan Kirab Ageng Radya Pustaka pada Kamis, 29 Oktober 2015 sore dengan mengusung lima tombak pusaka dari museum tersebut. Selain merupakan bagian dari pencanangan bulan Suro (Muharram), kirab ini dilakukan juga sebagai media aspirasi masyarakat kota Solo dalam penolakan eksekusi Museum Radya Pustaka.
 
   Museum tertua di Indonesia ini berdiri di atas tanah sengketa antara ahli waris KRMT Wiryodiningrat dengan Pemerintah Kota Solo. Banyak harapan yang muncul agar museum ini tetap menjadi cagar budaya di kota Solo.

   Kurang lebih 200 orang yang berpartisipasi dalam kirab yang memiliki rute Slamet Riyadi menuju ke Ngapeman kemudian ke Jalan Bhayangkara dan berlanjut ke Jalan Slamet Riyadi dengan Museum Radya Pustaka menjadi titik akhirnya. ST Wiyono, selaku Komite Museum Radya Pustaka mengatakan bahwa rute kirab yang mengelilingi kawasan Sriwedari memiliki harapan untuk melindungi Sriwedari.

   Pengadilan Negeri (PN) Surakarta menjadikan Radya Pustaka sebagai salah satu cagar budaya yang akan dieksekusi. Hingga detik ini, penyelesaian masalah sengketa masih belum ditemukannya titik terang.

   Meskipun PN sudah memberikan teguran kepada pengelola, namun tidak mempengaruhi jumlah pengunjung yang datang ke museum. Jika pada akhirnya, sengketa ini dimenangkan oleh ahli waris. Warga berharap agar pemerintah membeli dan mengelolanya lagi. Sejatinya saat ini kondisi museum tertua di Indonesia tersebut masih minim dalam hal perawatan dan kelayakan fasilitas. Pemerintah perlu memberikan perhatian terkait pengelolaan yang lebih maksimal dan promosi yang lebih besar lagi sehingga akan menarik wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara.

   Sebagai kota Budaya, seharusnya pemerintah dapat membuka mata dengan lebh bijak memperhatikan kondisi-kondisi cagar budaya yang dimilikinya sebagai salah satu aset yang berharga. Masyarakat juga perlu untuk turut andil dalam memberikan kontribusinya kepada kebudayaan di kota Solo. sebagai contohnya, anak muda dapat memulai kebudayaan membaca dengan mendatangi museum tersebut dan membaca literatur-literatur bersejarah.

   Dengan adanya kirab museum Radya Pustaka, secara tidak langsung dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat terkait pentingnya dalam menjaga kelestarian budaya yang dimiliki. Museum dengan banyak nilai historis tentu akan dapat memberikan manfaat yang dapat dirasakan sendiri oleh masyarakat. (Renissa Ardine/D0212089)


Share on Google Plus

About redaksi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Post a Comment