Radya Pustaka Gelar Pertunjukan Ketoprak


Tiga tokoh tanpa nama berperan sebagai rakyat jelata membuka acara Ketoprak Gabungan dengan dialog pada Minggu malam (1/10) di Teras Museum Radya Pustaka, Solo. (Foto: Tiara Saum)


Solo – Sahutan penonton dan dialog antar tokoh membuka acara Ketoprak Gabungan yang digelar di Museum Radya Pustaka Sriwedari pada Minggu (1/11) malam. Pertunjukan ketoprak yang bertemakan “Ketoprak Srawung” merupakan bagian dari rangkaian acara besar seni yang bertajuk Sura BulanKebudayaan.

Dimainkan oleh seniman ketoprak Solo dan mahasiswa Institut Kesenian Indonesia (ISI) Solo, ketoprak kali ini bercerita tentang kisah asmara antara Sultan Amangkurat, Roro Hoyi dan Pangeran Tedjaningrat.

“Museum Radya Pustaka sendiri menyimpan banyak naskah bersejarah, Jadi, tujuan penyelenggaraan ketoprak serawung ini untuk menceritakan kembali cerita-cerita lama. pertunjukan ketoprak ini salah satu cara kita untuk menyebarluaskan kepada masyarakat,” ungkap Sri Wiyono, salah satu panitia penyelenggara Sura Bulan Kebudayaan.

Tidak Ada Batasan Usia
Sri Wiyono mengaku tidak ada pembatasan kalangan dan usia penonton acara Ketoprak Gabungan. Siapapun bisa menyaksikan Ketoprak Gabungan ini. Namun diakuinya para penonton yang hadir masih didominasi oleh para orang-orang tua. Padahal acara yang dibalut dengan guyonan khas Jawa ini juga bertujuan memberikan pemahaman terhadap generasi muda mengenai  budaya Jawa.

Walaupun begitu tak lantas membuat pertunjukan menjadi lesu dan hampa. Melalui spontanitas dalam berdialog, penonton diajak berkomentar dan berbicara dengan setiap tokoh yang hadir di dalam Ketoprak Gabungan.

“Ketoprak yang berjenis ketoprak srawung ini mencoba mengangkat cerita tentang hal-hal yang sedang ramai di tengah-tengah masyarakat. Saat pertunjukan berlangsung, penonton bisa langsung berkomentar, ikut berceletuk, ikut nimbrung dan bahkan boleh naik ke panggung untuk ikut bermain,” tambah Sri Wiyono.

Sejak awal tahun 2015, Ketoprak Srawung sudah digelar secara rutin setiap bulannya pada tanggal 15. Khusus pada Sura Bulan Kebudayaan, kegiatan ketoprak serawung ditampilkan pada tanggal satu. Tidak hanya ketoprak saja, Sura Bulan Kebudayaan juga memiliki beberapa agenda.

“Ada lima acara setiap bulannya. Pada tanggal 4 ada pembacaan geguritan, lalu tanggal 10 ada bedah tari tradisi, tanggal  15 ketoprak serawung, tanggal 24 untuk bedah pedalangan dan tanggal 28 untuk bedah Serat Centhini,” pungkasnya. 

(Tiara Saum)

Share on Google Plus

About redaksi

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

0 comments:

Post a Comment