Pemandangan
minggu pagi ini (1/11) diramaikan dengan suara hiruk-pikuk serta lalu lalang
warga Solo. Tak hanya Car Free Day (CFD)
yang dipadati oleh warga, tempat lain pun menjadi alternatif warga untuk menikmati
hangatnya sinar mentari pagi di antara sayup-sayup udara sejuk yang menembus
kulit. Salah satunya adalah warung Soto Trisakti.
Sebagian
masyarakat yang masih baru di Solo mungkin akan mempertanyakan kehadiran Soto Trisakti.
Apa yang membuat warung ini tampak spesial dan seberapa jauh eksistensinya di
kota yang berjuluk Kota Budaya sampai “kondang” di kalangan masyarakat.
Warisan
Keluarga
Romli
yang merupakan anak dari pemilik warung Trisakti menceritakan sejarah warung ketika
ditemui langsung. Warung Soto Trisakti pada awalnya merupakan sebuah warung
soto kecil biasa yang mulai hidup sekitar tahun 1969-1970. Nama Trisakti
sendiri merupakan nama yang diambil dari sebuah bioskop terkenal di Solo yang
terletak di sebelahnya, yaitu Jl. Kalilarangan no. 61, tepatnya di seberang
warung Trisakti saat ini.
Pada
masa tersebut, warung makanan tidaklah seperti saat ini yang menjual beberapa
menu lain. Namun, hanya menjual satu jenis makanan dan mengutamakan cita rasa. Tak
heran ketika mampir di warung ini pelanggan hanya dapat menemukan satu jenis
makanan yang dapat dipesan.
Pada
tahun 1990, bioskop Trisakti mengalami kebangkrutan dan dijual. Sedangkan
warung Soto Trisakti digusur dan akhirnya pindah ke lokasi seperti saat ini. Memasuki
tahun 2007, warung sedikit diperbesar. Pada tahun 2011, luas warung diperbesar lagi
seperti saat ini dan dapur tempat pembuatan soto tidak lagi terpisah seperti
sebelumnya.
Dalam
hal harga soto di warung ini, Romli juga menjelaskan bagaimana riwayat
perjalanan harga sebelum mencapai Rp10.000,00 per porsinya. Ketika usaha ini dipegang
olehnya, kenaikan harga beranjak perlahan seiring berjalannya waktu dan tak
pernah turun harga. Jika pada masa saat itu merupakan masa sulit, kenaikan dapat
mencapai seribu rupiah.
“Dulu
saya mulai pegang kan dari harga lima ribu, naiknya enggak banyak. Ya paling naik lima ratus, kalo lagi sulit naik seribu,
tapi enggak pernah turun,” tutur
Romli, anak pemilik Soto Trisakti. (Hira)
0 comments:
Post a Comment