Dok. SituSolo/Hira Soto Trisakti. |
Pagi
itu ketika memasuki warung ini, kesederhanaan mendominasi pemandangan di
dalamnya. Dari bagian ujung hingga depan warung, tak terlihat dinding yang
cantik terlebih pernak pernik menawan yang menghiasi. Hanya bangku dan meja
kayu sederhana yang setia menyambut pelanggan yang hadir. Dindingnya pun hanya
dibalut dengan cat hijau sederhana serta dipenuhi berbagai kalender di tiap
sisinya.
Layaknya
magnet yang didekati oleh besi, warung soto bernama Trisakti yang terletak di
Jalan Kalilarangan No. 61 Solo ini tiap paginya dibanjiri oleh warga yang ingin
menyantap kelezatan salah satu soto kondang di kota budaya ini. Warung ini buka
dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB.
Dalam
penantian menikmati hangatnya makanan yang akan datang, seorang pekerja di sana
mengantarkan minuman kepada pelanggan. Pemandangan saat itu tertuju pada
segelas teh panas. Teh berwadahkan gelas dengan tutup besi tersebut membawa
pengunjung kembali pada ingatan di jaman dulu, Solo masa lalu.
Berbagai
kawan hidangan soto seperti rambak, karak, gorengan, sate telur dan lainnya
tertata di atas meja. Soto dengan kuah yang pas di lidah mengalir masuk
membasahi tenggorokan dalam setiap santapnya.
Kenikmatan
hidangan semakin lengkap dengan varian isi soto yang ditawarkan warung tersebut
mulai dari jeroan, ampela, lidah dan juga babat. Tambahan tersebut disajikan
dalam wadah yang berbeda dengan soto.
Seorang
anak pemilik dari warung ini, Romli, menuturkan bahwa warung ini mempertahankan
suasana yang telah dibentuk sejak lama, untuk memberikan kepuasan pada
pelanggan setianya. “Orang yang sudah lama kan kadang-kadang ada orang yang 'wah kok ini jadi gini, kan jadi enggak enak’ itu ada. Bukan makanannya, tapi suasananya,”
ujar Romli.
Berapa kali pun dilihat, warung soto ini tampak
begitu sederhana dan berkembang bersama dengan kekhasan yang dimilikinya. Sayang,
belum bisa merasakan soto dengan variasi isi lainnya. Berharap di lain waktu
dapat mencicipi segala hidangan yang disediakan bersama kesederhanaan Jawa masa
lalu. (Hira)
0 comments:
Post a Comment