Nampak
penonton anak-anak sedang menikmati pertunjukan Singo Barong pada
Kamis
(29/10/2015) malam. (Ogik
R)
Festival
Semarak Singo Barong Nasional III 2015 dilaksanakan pada 28-29
Oktober 2015 bertempat di Stadion Sriwedari Surakarta, Jawa Tengah.
Acara yang diadakan ke-3 kalinya ini cukup menyedot antusiasme warga
Solo. Selama dua hari, tribun Stadion Sriwedari dipenuhi oleh
penonton, bahkan sampai ke sisi-sisi panggung.
Tidak hanya penonton dewasa,
banyak anak-anak yang sampai larut malam masih menyaksikan
tampilan-tampilan singo barong atau biasa dikenal reog ini. Tampilan
singo barong dan penari-penarinya yang cukup seram tidak membuat
mereka takut. Diantaranya justru ada yang ikut menari dengan lincah.
“Ini sebagai hiburan ya Mbak,
tapi selain itu juga biar ngajarin ke anak-anak tentang budaya-budaya
salah satunya singo barong ini,” ujar Imron Hamzah (32) salah satu
penonton saat di temui di tribun penonton Stadion Sriwedari.
Terlihat jelas di sana, para
penonton baik dewasa ataupun anak seolah ikut semangat menikmati
atraksi barongan memainkan dadak merak dengan berat puluhan kilogram.
Ditambah, suara tetabuhan khas yang mengiringi kesenian asli Ponogoro
itu sehingga suasana menjadi lebih semarak. Tak jarang pula terdengar
suara anak-anak yang menirukan suara tabuhan kendang.
Menurut Ketua Panitia Eko
Sadono, Festival Semarak Singo Barong tahun ini meningkat baik
kuantitas atau pun kualitas dari tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya,
peserta hanya dari sekitar Solo, tapi tahun ini sudah ada peserta
jauh-jauh dari Bogor.
“Festival Semarak Singo Barong
tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya dan telah diikuti sebanyak
50 peserta, berbeda dari tahun sebelumnya yang hanya 25 peserta,”
ujarnya.
Para
peserta yang tampil terdiri dari kelompok penabuh musik gamelan jawa,
penari dengan dadak merah atau reog atau Singo Barong, dan kuda
lumping. Mereka diberikan kesempatan waktu sekitar 5-7 menit untuk
melakukan atraksi di panggung untuk menampilkan ciri khas berbeda
yang dimiliki masing-masing daerah.
“Kita
sebagai generasi muda harus melestarikan seni budaya Singo Barong
ini, jangan sampai Singo Barong ini diakui oleh negara lain,” ujar
Eny Tyasni Susana Kepala Dinas Pariwisata Kotamadya Surakarta.
Menurut
Eny, singo barong atau reog saat ini tidak hanya milik kota Ponorogo,
tetapi sudah menjadi seni nusantara milik masyarakat Indonesia.
Seluruh masyarakat Indonesia harus melestarikannya dan bangga dengan
seni budaya ini.
Melihat
antusiasme warga dan anak-anak untuk menonton acara Singo Barong,
Ketua
Panitia penyelenggara Eko
Sadono berharap dari mereka akan muncul keinginan untuk melestarikan
yaitu dengan mempelajari seni budaya ini sehingga ada penerusnya dan
seni budaya ini tidak tergantikan oleh budaya-budaya modern.
(Ogik Retno W/D0212079)
Berita Terkait:
Peserta Festival " Semarak Singo Barong" Meningkat
“SINGO MARDHIKO” Penyaji Terbaik Pertama Festival Semarak Singo Barong Nasional III 2015
(Ogik Retno W/D0212079)
Berita Terkait:
Peserta Festival " Semarak Singo Barong" Meningkat
“SINGO MARDHIKO” Penyaji Terbaik Pertama Festival Semarak Singo Barong Nasional III 2015
0 comments:
Post a Comment