Arak-arakan pusaka Kyai Waskita (29/10) (Afif Fuadi)
|
Kirab Ageng Radya
Pustaka merupakan salah satu dari serangkaian acara Sura Bulan Kebudayaan yang
diselenggarakan pada tanggal 15 Sura atau 29 Oktober silam. Kirab ini dilaksanakan mulai dari Museum
Radya Pustaka dengan menempuh rute Slamet Riyadi menuju Ngapeman, kemudian
diteruskan melalui jalan Bhayangkara dan diakhiri dengan menempuh perjalanan
kembali ke Museum Radya Pustaka.
Kirab ini sendiri membawa
beberapa benda pusaka milik Museum Radya Pustaka yang berjumlah enam buah. Pusaka
tersebut terdiri dari pusaka Kyai Pancasula, pusaka Kyai Wicaksana, pusaka Kyai
Wibawa, pusaka Kyai Waskita, pusaka Kyai Waspada, dan pusaka Kyai Wasis. Pusaka-pusaka
tersebut berupa tombak dan Pancasula. Untuk posisi benda pusaka yang dikirab,
Pancasula merupakan benda pusaka yang dikirab di barisan paling depan, dan diikuti
dengan lima pusaka tombak lainnya. Pusaka Pancasula ini merupakan pusaka yang
dibuat sejak Kerajaan Mataram masih berdiri, dan sampai saat ini masih dianggap
sebagai sebuah simbol dari cucuk lampah atau pembuka jalan.
“Sebelum kirab, benda-benda pusaka sudah pasti dimandikan dan dilakukan
prosesi ritual keselamatan oleh para seniman dan budayawan.” ujar Tito
selaku peserta kirab. Dalam prosesi ini juga para seniman dan budayawan memohon
agar museum Radya Pustaka tetap menjadi salah satu Museum yang dapat bermanfaat
untuk tujuan wisata, pemahaman budaya, dan dapat pula menjaga warisan leluhur
yang tersisa. Sebelum dilakukan prosesi diatas, pusaka-pusaka yang akan
diikutsertakan dalam kirab ageng tersebut bakal dipilih oleh KGPH Dipokusumo,
dan dibawa oleh para camat di Kota Solo.
Kirab ini diikuti kurang lebih
200 orang dan diantaranya mengenakan pakaian ala prajurit keraton. Para pembawa
perapian dupa dan akan memimpin arak-arakan keluar dari kompleks museum Radya
Pustaka, dan dibelakangnya berbaris para pemain gamelan Corobalen, sejumlah
komunitas kesenian, dan kelompok tari Dewi Sri, kemudian diikuti barisan para
pembawa pusaka. Pusaka-pusaka tersebut dibalut kain hitam dan dihiasi rangkaian
bunga melati serta dipayungi Songsong agung. Selain 200 orang tersebut, Komite Museum
Radya Pustaka juga melibatkan banyak anak muda untuk membangun kesadaran
menjaga dan melestarikan museum. Cara yang dilakukan oleh pihak museum yaitu
dengan melibatkan anak-anak muda tersebut membuat karya yang kemudian dapat
dibagikan sebagai souvenir bagi para pengunjung museum Radya Pustaka.
“Diharapkan ke depannya antusiasme masyarakat terhadap museum bisa
meningkat. Bukan hanya terhadap museum Radya Pustaka saja, tapi ke museum
lainnya. Museum identik dengan sejarah, dengan kebudayaan kebudayaan, dan
kebudayaan itu harus dijaga karena itu adalah aset negara” tutur Maryono
selaku salah satu peserta kirab. (RAP)
Berita Terkait :
Pentingnya Keberadaan Museum sebagai Sumber Kebudayaan dan Pendidikan
Kirab Ageng Radya Pustaka Bawa Segenggam Harapan
Kirab Ageng Radya Pustaka Bawa Segenggam Harapan
Baca prediksi angka togel mistik oleh mbah jambrong di artikel prediksi togel jitu
ReplyDelete