Menteri Pariwisata saat diberi souvenir oleh
Ketua Penyelenggara
ICCC (22/10) (Ratna AP)
|
SOLO — Swara Deling Festival (22/10) akan berlangsung selama 3 hari ke depan di Benteng Vastenburg. Festival ini adalah sebuah festival musik yang menggunakan bambu sebagai tema utamanya, dan merupakan rangkaian acara dari International Creative City Network. Acara ini dibuka oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya dengan pemotongan pita kemudian disambut dengan tari tradisional.
Swara Deling di kemas dengan
konsep tari-tarian yang diiringi oleh musik bambu dari beberapa instrumen atau
alat musik yang dibuat dari bambu. Acara ini digagas dan diadakan berdasarkan semangat
untuk memahami bambu yang sebenarnya sangatlah dekat dengan kehidupan budaya
masyarakat Indonesia. Swara deling juga dicita-citakan supaya menjadi sebuah
bentuk pemikiran guna menegakkan dan mempererat budaya bambu Nusantara. Suatu kolaborasi
dari pengenalan, pemahaman, dan upaya untuk meningkatkan keterampilan dan apresiasi
yang bermanfaat.
Rumah Rempah Karya selaku penyelenggara
Swara Deling di dukung penuh oleh Pemerintah Kota Surakarta dan salah satu dari
serangkaian acara ICCC. Didukung pula oleh beberapa musisi dan seniman dari
beberapa Kota dan Kabupaten yang ada di Indonesia, seperti Kumpulan Bunyi Sunya
dari Jakarta, Toleat dari Subang, Calung Gondoliyo dari Banyumas, Kelompok
Musik Srawung Krumpyung dari Kulon
Progo, dan beberapa musisi dan seniman dari Solo Sendiri.
“Swara Deling
memang dilaksanakan melalui proses, dan dari proses tersebut kami tidak ingin
event ini hanya memberikan tontonan hiburan tanpa adanya hasil atau pesan yang
disampaikan kepada masyarakat. Seperti diadakannya workshop untuk pembuatan
alat musik dari bambu dan pembuatan komposisi lagu. Tujuan dibuatnya workshop
yaitu untuk menunjukkan adanya output baik dari segi pembuatan alat maupun
komposisi lagu. Jadi ya alat yang
digunakan di festival ini berasal dari workshop itu tadi.” ujar Suyud
selaku Pimpinan Produksi Swara Deling 2015. Antusiasme masyarakat Solo terhadap
Festival Musik Bambu ini sendiri tergolong tinggi, terlihat dari jumlah penonton
yang menghadiri Workshop maupun yang menonton festival ini. “Ya sering-sering aja diadakan acara seperti
ini. Kita tahu sendiri Solo itu kota Budaya, jadi gak heran kalau di setiap ada
event seperti ini peminatnya banyak” tutur Koko selaku pengunjung. (RAP)
Berita Terkait:
Welcome Dinner ICCC, Tamu disuguhi Budaya Jawa
Dari keris Hingga Kacamata Kekinian
Berita Terkait:
Welcome Dinner ICCC, Tamu disuguhi Budaya Jawa
Dari keris Hingga Kacamata Kekinian
0 comments:
Post a Comment